Bismillahirrahmanirrahim….
“…..Katakanlah:
“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak
mengetahui” Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran.” (QS. Az-Zumar :9)
Pentingnya ilmu
Kita semua pasti setuju bahwa sebuah bangunan yang tinggi megah
pastilah memiliki pondasi yang sangat kuat, dan pastinya dibuat pula
oleh orang yang ahli dalam bidangnya. Sama halnya dengan kehidupan
manusia secara keseluruhan, manusia haruslah memiliki pondasi iman yang
kuat serta ilmu yang benar-benar “benar” demi mewujudkan ‘amalan-amalan
yang diterima’.
Ilmu merupakan syarat keabsahan perkataan
dan perbuatan. Shahihnya amal karena shahihnya ilmu. Disamping, itu ilmu
merupakan tempat tegaknya dalil. Ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang
diajarkan Rasullullah dan bisa juga ilmu yang bukan dari Rasullullah,
yaitu ilmu-ilmu yang diluar masalah diniyah (agama), misalnya ilmu
kedokteran, perdagangan dll.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah pula
mengatakan: “Risalah Nabi meliputi dua hal yaitu ilmu yang bermanfaat
dan amal shalih, sebagaimana terdapat dalam firman Allah:
“Dialah
Allah yang telah mengutus rasul-Nya (dengan membawa) al Huda / petunjuk
dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya atas segala agama, walaupun
orang-orang musyrik tidak menyukai.” (QS.at Taubah:33)
Al Huda pada ayat di atas ialah: ilmu yang bermanfaat sedangkan Dienul
Haq ialah amal shalih yang terdiri dari ikhlas karena Allah dan
mutaba’ah (ittiba’) kepada Rasulullah . Dengan ilmu inilah bakal tegak
dienullah baik secara perkataan, perbuatan maupun keyakinan.
Mengapa harus berilmu dan beriman?
“…..niscaya
Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah
Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS.al Mujaadilah:11)
“...Itulah
orang-orang yang beriman dengan sebenar-benarnya. Mereka akan
memperoleh beberapa derajat ketinggian di sisi Tuhannya dan ampunan
serta rezki (nikmat) yang mulia.”(QS.al Anfaal:4)
Bagaimana bila tidak berilmu?
“Tetapi
orang-orang yang zalim, mengikuti hawa nafsunya tanpa ilmu pengetahuan;
maka siapakah yang akan menunjuki orang yang telah disesatkan Allah?
Dan tiadalah bagi mereka seorang penolongpun.”(QS. ar Ruum : 29)
“
Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: "Kecelakaan yang besarlah
bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman
dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-
orang yang sabar."(QS.al Qashash:80)
Cerita saat qobla dzuhur di mushalah sekolah
Pada waktu dahulu kala, ada seorang budak yang tinggal bersama tuannya
yang merupakan seorang dokter(tabib). Pada suatu hari sang budak pulang
dari sebuah majelis ilmu dengan membawa sebuah ilmu/ayat yang terus
menerus membekas hati dan pikirannya. Ayat itu adalah :
Barangsiapa
membawa amal yang baik, maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat
amalnya; dan barangsiapa yang membawa perbuatan jahat maka dia tidak
diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka
sedikitpun tidak dianiaya (dirugikan). (QS. al an’aam: 160 )
Budak tersebut pulang dan langsung memasuki dapur untuk
mempersiapkan makan malam, namun sang tabib datang dan menyuruh sang
budak untuk membeli dua potong roti dari sisa uang terakhir yang
diberikan sang tabib.
Sang budak pergi membeli pesanan
tuannya tersebut, namun ketika hendak pulang ditengah jalan ia menemui
sorang fakir miskin yang meminta makanan padanya, sang budak pun
teringat akan surah Al-An’aam ;160, bahwa Allah akan membalas 10 kali
lipat amalnya. Sang budak tanpa ragu-ragu memberikan kedua potong roti
tersebut. Sesampainya dirumah sang tabib terheran, mengapa sang budak
tak membawakan roti pesanannya, sang tabib bertanya mengapa demikian,
kemudinan sang budak pun menjelaskan. Sontak sang tabibpun marah dan
berkata “ kamu memang beriman, namun kamu TIDAK BERILMU”. Sang tabib pun
pergi dengan kecewa karena tak ada yg dapat dimakan malam itu
Tak lama setelah itu, terdengar suara orang mengetuk pintu, ternyata
orang tersebut adalah seorang tetangga yang mengantarkan 20 potong roti
untuk sang tabib. Setelah orang tersebut pulang, sang tabibpun tersadar
dan berkata pada sang budak “ maafkan aku, aku memang berilmu tapi aku
TAK BERIMAN”.
Subhanallah…. Betapa Allah Sang Maha Menepati
janji. Kisah diatas menunjukkan betapa pentingnya kedua hal tersebut
untuk selalu disandingkan bersama.
. “Allah
menganugerahkan al hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al Quran dan As
Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang
banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah)”. (QS. al Baqarah : 169)
…katakanlah: "Ya Tuhanku, tambahkanlah kepadaku ilmu pengetahuan."(QS. Thaahaa : 114)
Semoga kita termasuk dalam golongan orang-orang beriman yang dianugrahkan ilmu oleh Allah.
Jazakumullahu khairan
Wassalamualaikum
@baiti jannati
Humairaa Ummu Zahra
Untukmu Wahai Pencari Kebaikan, Inilah Saatnya
1 hari yang lalu
1 komentar:
Asswrwb,
Jadi... mana yg harus didahulukan? Beriman atau berilmu?
Salam
Posting Komentar