Rabu, 31 Desember 2014

Tahun Baru! Tahun Baru!


Bismillahirrahmannirrahim.. 

Ehm… ehm.. tulisan pertama di dua ribu lima belas setelah lama pake banget vakum dari dunia penulisan. Dan apakah kamu tau apa yang mau aku angkat kali ini? Yeah, tidak jauh dari moment 2015 itu sendiri.

Sebagai Negara yang masih menganut sistem perkalenderan dunia, yaitu kalender Masehi mau tidak mau kita kini masuk dalam hitungan tahun 2015. Hei  lihat! Aku bangun di pagi ini dan tidak ada yang spesial, semua tampak sama. Pagi ini Alhamdulillah matahari masih terbit dari tempat biasanya, embun turun, kicauan burung yang riuh di sekitar rumah, benar-benar tak ada yang berbeda. Dan kau apa yang mau aku simpulkan? Ho oh! Dirayakan atau tidak 1 januari itu tetap ada guys. 

KAN TAHUN BARU!
Mungkin banyak dari kita yang latah, ikut-ikutan merayakan tahun baru masehi ini tanpa alasan pasti. Entahlah kenapa bisa seperti ini, mungkin perkara tradisi. Mari kita coba membahas sedikit tentang tahun baru masehi ini.

Banyak sekali alasan mengapa kita (Umat Islam) jauh lebih baik tidak merayakan tahun baru masehi bahkan tidak boleh sebenarnya, WHY? Nah, ini nih. Larangannya ada beberapa versi. Kita kupas sedikit tapi semoga “masuk”. Ada yang bilang bahwa tahun baru masehi adalah tahun baru kejayaannya kaum nashrani, namun ada pula yang mengatakan bahwa tahun baru ini adalah tahun baru orang yunani kuno. Dimana ianya adalah perayaan yang di cetus oleh Julius Caesar untuk memuja Dewa Janus. Kaum si JuCe sendiri adalah kaum Greco-roman. orang-orang yang nyembah Dewa cuy!

Guys, tentang yang mana sebenarnya yg benar Allahu alam. Yang jelas tidak pernah ada sejarahnya, adabnya apalah lagi perintahnya bagi umat Islam untuk merayakan tahun baru masehi ini. Tiada satupun dalil dan hadits mengenai perintah merayakannya. 

“Okay mel, so? Kenapa lu sewot banget sih? Cuma hepi-hepi begini juga. Kan bukan perkara ibadah yg berat. Dalem banget dah kajian lu!”. Hello guys, entah akunya yang peduli atau sok peduli. Tapi sini deh aku ingetin lagi. Apapun yg kita buat di dunia itu di perhitungkan wahai sayangkuh. Walau sebesar biji zarah, nih :

Dan barang siapa yang mengerjakan kebaikan sebesar biji zarah, niscaya ia akan menerima pahala-nya, dan barang siapa yang melakukan keburukan sebesar biji zarah, niscaya ia akan menerima balasannya “ (Q.S. Az-Zalzalah ayat 7-8)

Sekarang, kita juga udah sama-sama tau kan yah bahwa setiap yang kita lakukan itu adalah amal. Amal perbuatan nama panjangnya. Nah, si amal ini selalu ketergantungan ama niat. Klo si niat baik dia jadi baik, klo si niat tak lagi baik?

innamal a’malu binniyyat”-> sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung pada niatnya (HR. Bukhari)

Nah, satu lagi nih yang paling bahaya. Taukah kalian? Klo kita ikut-ikutan sama hal yang bukan dari dan untuk kaum kita? Nih:

Barang siapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari kaum tersebut” (HR Ahmad, Abu Daud)

lu pada udah jadi bagian dari mereka, bukan kita-kita lagi. A simple question? Masih mau? 

Ah guys, jika kalian menganggap tulisan ini terlalu agamis. Setidaknya kita ingat dan bisa renungkan bagaimana kondisi dunia sekarang atau yang tidak jauh-jauh adalah situasi Indonesia sendiri. Negara ini tengah luka berdarah-darah. Bencana tanah longsor, banjir di beberapa daerah yang tak berkesudahan, terbakarnya pasar Klewer, jatuhnya pesawat AirAsia, ancaman kaum syiah dan JIL laknatullah dan masih banyak lagi. Masih bisa hura-hura? Apa kalian tidak curiga? Jangan-jangan itu semua hadir juga karena kita. Allah beri agar kita berhenti melakukan hal-hal bodoh. Apa jiwa kita terlalu liar hingga kita tidak bisa berfikir? Tidak bisa berempati? *miris!*

RESOLUSI TAHUN BARU!

Baiklah, baiklah! Klo part diatas terlalu kaku. Kita masuk ulasan yang umum dimana banyak orang menjadikan pergantian tahun sebagai sebuah MOMENT untuk RESOLUSI menjadi LEBIH BAIK versi masing-masing. Yaelah, klo emang niat dan mau mah nggak perlu nunggu pergantian tahun juga sih. Tapi mau gimana lagi, masyarakat dan kaum muda sepertinya banyak yang lebih suka memanfaatkan moment daripada membuat moment. Untuk yang satu ini mah silahkan! Berevolusilah, beresolusilah. Semoga Allah memberikan kalian kekuatan, ketabahan dan kemudahan dalam menjalankan deretan panjang harapan dan impian kalian di 2015 ini. Hati-hati buat listnya, jangan lupa sama yang Maha Mengatur Segalanya. Kita berencana, kita pemain utama. Allah yang menentukan, Allah penulis skenarionya. Bingung juga sih, kemarin pas Tahun Baru Hijriah pada kemana ya? Kayaknya adem ayem aja tanpa resolusi padahal justru itulah TAHUN BARUNYA KITA. Ah, pada nggak kece nih!

DAN INI ADALAH PERKARA WAKTU!

Berbicara tahun baru berarti bicara tentang waktu. Dan seperti apa harusnya 2015 mu? Sekedar ingin mengingatkan :

“Demi masa(1) Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian(2) kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran(3)” (Q.S Al-‘Asr)


Rugi bro, sist klo stagnan gitu-gitu aja. nggak asik.! Bismillah, kita mulai sama-sama yak. :)

Sekian tulisan tak seberapa ini saya tuliskan. Silahkan ambil yang bisa di ambil, dan mohon maaf bila terdapat kesalahan-kesalahan. Feedback saya terima dengan sangat senang hati. Semoga tulisan kecil ini bisa menjadi pertimbangan untuk kita bagaimana sebaiknya menyikapi pergantian tahun masehi di tahun-tahun berikutnya.

Wahai kawan, bahkan aku tidak tau apakah besok Allah masih menghendakiku di dunia ini untuk memperbaiki diri. Apa jangan-jangan sebentar lagi waktuku telah habis? Astaghfirullah Allahu Rabbi.

Dan teman, tolong jangan dirimu lihat siapa yang berbicara di tulisan ini karena niscaya kau takkan pernah mencoba memperhatikan ocehanku tapi lihatlah isi celotehanku ini. Silahkan ambil yang baik serta buang yang buruk. Barakallahu lakum.



Read more...

Sabtu, 16 November 2013

tentang Sajak Ayahku


“jadi,  terserahmu . boleh karya sendiri atau punya orang” ucap Mira
“owh, baiklah” jawabku sekenanya setelah pagi-pagi hampir shock gara-gara mengira bahwa itu lomba bakal dilaksanakan siang ini, ternyata salah nangkep. Lomba baca puisinya hari jum’at dan itu berarti masih ada 4 hari lagi untuk meliuk-liukkan penaku di atas kertas.

***KAMIS MALAM***

Masih belum punya inspirasi, bahkan memilih di antara dua tema aja masih galau. Mau yang “Sumpah Pemuda” apa yang “1 Muharram”.” Aaaaah.. please deh isi kepala, kenapa kamu ga damai dulu. Males di gedein sih. Ini untuk nampil besok lho, kamu mau malu apa? Ga menang gapapa deh, asal jangan kayak anak SD udah deh” bathin ngedumel sendiri. Segera ku ambil kertas ama pensil, coret sana coret sini. Satu kata –dihapus. Dua kata- dicoret. Muter terus ganti-ganti tema and finally Zzzzzz!! HEBAT! Aku ketiduran. GREAT banget kan ;)

*** JUM’AT PAGI***

Seusai sholat subuh, dapet kabar kalau lombanya jam 9. Okeh, masih ada waktu 4 jam lagi. “Masak aja ah dulu, lagi pengen bikinin temen-temen panganan, lagipula udah kadung janji ama Yona mau masakin dia Mi Sagu” pikirku. Dan seorang Melisa kalau udah masak itu bisa lupa segalanya. Abis masak nyantai dulu. Check HP, Online, beberes baju untuk pulang kampung siang ntar. Begitu kelar, baru kepikiran ama puisi. Karena menurutku buat puisi pakai kertas tlah tak efektif,  segera ku buka laptop. Dengan segala kegalauan memilih tema akhirnya ku tulis saja apa yang terlintas di kepala. OK! Puisi bertema Sumpah Pemuda siap! Salut sama diri sendiri, otak lebih encer kalau kepepet. Haha. Dan kemudian..............

“mel, jangan kekampus dulu ya. Soalnya lombanya di undur jam 2” isi WA Yona.
“What? Jam 2 itu jadwal di jemput travel pulkam. Tapi kok hati tenang banget ya? Ah, berdoa aja moga sempet. Ya udah, latihan aja dikit dulu, menentukan tinggi rendah dan intonasi apa yang mau digunakan” bathinku.

***THE SHOW MUST GO ON ***

“okeh, Jam 2 yah? BAGUS! Ini udah jam 2 lewat yah. Untung aja supir travel lagi kooperatif . Dasar Indonesia banget!” gerutuku dalam hati
Acarapun dimulai, hingga tanda pembukaan PORSENI PGSD oleh KAPRODI memecah riuh di ruang serba guna ini. Desain panggung sederhana ini rasanya cukup untuk membuat hati mulai deg-degan. Sampailah sudah sesi baca puisi dengan urutan pertama adalah.... AKU SENDIRI! “Alhamdulillah bisa ngejar travel “ pikirku. Dengan ASTAGHFIRULLAH dan BISMILLAH,....

“Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh. Baiklah, disini saya akan membacakan sebuah puisi dengan judul SAJAK AYAHKU oleh AKU”

Sajak Ayahku

Dulu..   ayahku becerita
Tentang azam dan asa di masa emas indonesia
Dulu.. ayahku jua pemuda
Yang siap angkat senjata bahkan berkorban nyawa
Dulu.. merdeka, bangsa dan bahasa slalu bersama
Dalam jiwa-jiwa gagah para pemuda
Dengan kobar semangat didada, pemuda membangun indonesia hingga masa jaya
Ya..  penghantar masa kini yang tengah kita nikmati

Tapi itu dulu.. ya itu dulu
Sekarang? (heh!)
Kemana pemuda-pemuda bangsa?
Sibukkah mereka berleha-leha
Sedang merdeka semakin lepas dari jemari
Kemana para pemuda?
Sibukkah mereka bersembunyi?
Sedang prihatin kian tak menjauh dari negeri ini

Wahai pemuda. Apa yang kau sumbangkan untuk negeri
Bila yang lestari hanya korupsi,
yang membudaya bukanlah memperkaya negeri
masihkah engkau hidup untuk dirimu sendiri?
                                                            
Sumpah Pemuda itu bukan sumpah zaman pra merdeka
Tapi ia titah yang tak mengenal masa
Bangunlah pemuda
Bangunlah mimpi-mimpimu
Perjuangkan kemerdekaan bangsamu
Berlagalah dengan waktu membangun indonesia baru
Agar terjaga harum negerimu
Tinggi martabat bangsamu.


“terimakasih. Wassalamualaikum warahamtullahi wabarakatuh.” bergegas turun panggung, duduk sebentar dan langsung mengambil tas, pamit dengan teman-teman semua kemudian menghubungi travel. DONE!

“Selamat ya sayang, kamu juara 2.” WA Yona hadir di tengah perjalanan ku.
Alhamdulillah, tiada yang sia-sia bukan? puisi kelamkabut pun dapat juara 2.
Semoga juri tak salah nilai. Haha.
Dan hal kecil ini ku persembahkan untuk kedua orangtuaku atas doa dan dukungan terhadap langkah-langkah kecil yang kulakukan. Juga tak tinggal untuk teman-teman sekelas yang udah percaya dan memberi kesempatan padaku. Andai mereka tak percaya pada kemampuanku, manamungkin aku tampil. Dan untuk my besties (Yona, Mira, Ade, Indra, Triska, Dita, dkklah pokoknya-sorry banyak sih kalian haha) love u all as always. *bighug

Segala Puji HANYA Bagi Tuhan Semesta Alam. Kau yang tlah menghendaki ini semua Allah sayang. Terimakasih for this sweet thing.


best regrats,
Audina_Azkiya
@__ Saung Teduh Penuh Asa
12 Muharram 1435 H / 16 November 2013

Read more...

Syukur Kecilku, atas Nikmat besarMu ya Rabb Yang Maha Besar


9 November 2013, sebuah tanggal masehi yang menjadi begitu penting bagiku. Karena ia mampu menggali terlalu dalam rasa yang harus ada. 

“Alhamdulillah... sampai juga...” ucapku ketika sampai di rumah om ku seusai berkeliling menuruti hasrat Ayahanda untuk memborong durian dan qadarallah kami benar-benar jalan-jalan. Taluk kuantan (daerah trans) hingga Lubuk Jambi bukanlah jarak yang dekat. oleh sebab musim yang dikehendaki baru menduduki wilayah ini, maka si Supir yang merupakan sepupuku (Ditho) berinisiatif mengejarnya kemari.
“wah, baru pulang. Emang nyarinya dimana?” sahut Bulek Is
“jauh Lek, Lubung Jambi nih mainnya”
“byuh.. byuh... wis entuk wis marem?”
“hahaha... tau tu Bapak. Eh, mas ngapain kesini? Bau Durian aja Cepet!!” celetukku pada mas Dhani yang bener-bener pas datangnya ketika mobil kami sampai dan dibalas dengan ketawanya yang khas

3 kardus durian pun diturunkan, pisau disiapkan, saudara semua di kumpulkan. Ya.. semua berkumpul di teras samping rumah Om Agus. Adik bungsu Ibuku. Setelah semua berkumpul, terjadilah sudah sebuah pesta durian kecil disini. Generasi kedua tengah sibuk membuka durian satu persatu, sedang generasi ketiga sibuk pula berebut durian mana yang paling mantap. Sementara generasi pertama (kakekku) hanya tersenyum disisi teras, karena beliau tidak terlalu berminat dengan objek pesta kami.

Aku masuk ke dalam untuk mengambil air minum dan HP. Tak lama ku keluar, langsung saja ku abadikan moment ini di Phoneku. Ah.. *Cees!! Ada yang basah jatuh menetes, tapi bukan hujan. Ini, di dalam hati. Seperti ada yang banjir. Mata rasanya tak tahan untuk menahan eluh, but in this moment, oh  i won’t broke it. Setiap tawa yang ada aku simpan. Lebih dari sebuah jepretan, aku menyimpannya di sini,  di bathinku yang dulu pernah menjerit. Kini terpuaskan sudah dahaganya, ya detik ini

Sungguh aku bersyukur atas moment luar biasa ini, tau kenapa? Karena aku sendiri lupa kapan terakhir kami berbagi canda tawa dan cerita antar anggota keluarga. Terlalu banyak kepahitan di 8 tahun terakhir. Waktu yang terlalu lama untuk kekecewaan, salah paham, dendam dan kealphaan. Bila ditanya salah siapa? Entahlah.. tiada yang salah atau bahkan semua salah.

3 Tahun pertama, ada kekecewaan, pengkhianatan, dan dusta yang mungkin masih dapat termaafkan, tapi keras kepala dan ego itu rasanya terlalu keras untuk sebuah kemakluman dan kemaafan. Apatahlagi untuk sebuah penyesalan.

4 Tahun Kedua, qadarallah Allah pinjamkan kepada keluarga kami seorang insan yang benar-benar menguji kami. Wajah dua dan pengadu domba sudah cukup menjadi bahan bakar tungku api penghancuran keluarga kecil ini. Tau apa jadinya? Berbagai perang terjadi disini, jangan terlalu seram membayangkan, yang menjadi korban bukan piring, bata, kuali atau benda-benda melayang lainnya. Melainkan HATI. Cukup sudah hancurnya tak terperi. Hingga sampai pada masa klimaknya, Alhamdulillah dengan kehendak Allah, di bukakan satu-satu pintu kebaikan, ditutup pintu kesempatan pada keburukan, dan Allah pula yang Maha mengetuk dan melembutkan hati-hati manusia. Ya, tiba satu masa Allah buka semua, secara nyata dan benar-benar kemenangan atas Haq.

Dan kini, Alhamdulillah. Kembali sudah santun dan tulus itu. Terpaut sudah hati-hati yang tengah memulihkan jiwanya sendiri. Ku lihat dengan jelas keanggunan persaudaraan ini. Cinta yang berbeda dari sebelumnya. Mungkin karena kerasnya ia di tempa. Hingga kini yang hadir adalah sebingkisan elok nan cantik kasih yang putih.

Maafkan aku Allah, maafkan aku yang pernah jahat bertanya padamu. Mengapa harus begini? cengeng sekali aku. mengaku sakit atas apa yang terjadi. Kini aku paham dengan sangat paham in shaa Allah. Harusnya yang aku pinta hanyalah kesabaran. Karena sekecil apapun hal yang terjadi, ia adalah hadiah darimu. Ya, hadiah berupa hikmah didalamnya. Kau mampu mengemas apik segalanya. Allahu aku malu. Sungguh malu ketika semuanya tlah kau terangkan saat ini. Seperti anak kecil saja aku yang slalu minta disuapi. Allah sayang, terimakasih atas pendewasaan bersama masa-masaMu.

Seperti banyak yang dikatakan orang, jangan katakan  “Ya Allah, besar sekali masalahku, tapi katakanlah “wahai masalah, aku punya Allah yang Maha Besar”. Kau tak perlu mengukur seberat apa cobaan hidup ini. Karena selagi kau hidup selagi itu kau memiliki hak atas masalah, tapi semua udah di porsikan sesuai kapasitas ketangguhan jiwamu, coba aja lihat yang sudah-sudah. Semua selesai bukan? Walau dengan cerita, cara, dan hikmah yang berbeda. Karena Allah selalu punya kalimat cinta yang ingin disampaikan pada kita. Ya., semua masalah akan selesai, kau tunggu waktunya, ikhtiar menyelesaikannya, doa itu utama. JELAS! In shaa Allah. Pautkan saja hatimu selalu pada Sang Pemilik segalanya. Karena kita boleh saja curiga bahwa sebenarnya masalah yang hinggap itu hanyalah colekan atau sentilan Allah yang tengah rindu dengan cinta kita, yang barangkali sempat kita bagi-bagi. So, don’t give up yah.

Allah yang Maha Rahim, Aku meminta kasih sayang, rahmat, perlindungan dan cinta kasihMu untuk keluargaku, karena aku tahu Kau Maha Cinta dan Pemurah. Hanya kepadaMu ya Allah tempat segala asa bermuara. Dan bila dikemudian hari, jiwa-jiwa kami tengah lemah dalam harap pada KeagunganMu, genggamlah ia ya Rabbi. Mohon untuk penjagaan pada ruh-ruh yang rapuh ini.


Untuk yang tersayang, Keluarga Besar Ibuku
 Audina Azkiya
@__ Saung Teduh Penuh Asa
12 Muharram 1435 H / 16 November 2013



Read more...
 

Blog Template by YummyLolly.com - Header made with PS brushes by gvalkyrie.deviantart.com
Sponsored by Free Web Space